Sebenarnya
terdapat beberapa goa didalam areal Taman Nasional Alas Purwo. Yang terdata
sekitaran 40 goa. Tetapi cuma lima goa yang seringkali dikunjungi serta di
kenal orang-orang luas. Yakni goa Istana, Padepokan, Mayangkoro, Mangleng,
serta Kucur. Terkecuali karna tempatnya yang gampang dijangkau, ke-4 goa ini
dipercaya mempunyai nilai mistis. Bahkan juga, bekas Presiden Soekarno, konon,
sempat jadikan goa ini jadi tempat semedi.
Di banding
goa-goa beda, goa Istana lebih gampang dijangkau. Letaknya sekitaran 67 km dari
arah Kota Banyuwangi. Atau sekitaran 1, 5 km dari arah Pancur. Jalanan yang
ditempuh juga relatif lebih bersahabat di banding goa-goa beda. Goa yang
lebarnya tidak lebih dari 8 mtr. dengan panjang 30 mtr. ini, menurut Plt KTU TN
Alas Purwo, Dwi Arianto SH, terbentuk karna naiknya karang karena lempeng
Eurasia tertekan oleh lempeng Indo-Australia. ''Dulu, goa Istana ini ada
didalam lautan, '' kata Dwi. Hal semacam ini dibuktikan dengan adanya banyak
diketemukan cangkang kerang serta bebatuan karang di sekitaran goa.
Di kelompok
warga sekitaran, goa Istana di kenal jadi goa yang menaruh beberapa benda serta
narasi mistis. Orang yang datang ke goa ini sehari-harinya menjangkau 100-300
orang. Jumlah itu makin banyak bila mendekati tanggal 1 Suro pada kalender
Jawa. Maksud pengunjung beberapa macam. Namun, rata-rata, terkecuali ngalab
barokah supaya maksudnya terwujud, beberapa pengunjung yang datang ada pula
untuk mencari benda pusaka seperti keris, batu delima, dsb. Satu diantara benda
pusaka yang paling di cari yaitu keris Jalak Tilamsari. Pusaka selama 30 cm
tanpa ada lekukan ini, dulunya dipercaya di buat oleh Empu Andajasangkala pada
th. 1186 (Jawa). Sayang, sampai saat ini, tidak seseorang juga ketahui
kehadiran keris itu.
Ada narasi
mistis dari orang-orang yang masih tetap meyakini klenik. Siapa yang bertapa di
goa ini, serta dalam mimpinya didatangi seseorang ratu, jadi hasratnya akan
terkabul. Pamor dari narasi itu semakin naik ketika Bung Karno disebut-sebut
seringkali bersemedi di goa itu. Mungkin saja karna narasi itu, banyak
petinggi, politisi, bahkan juga kelompok militer seringkali datang ke tempat
ini. Menurut narasi warga, paling akhir kali pada 1 Suro lantas, seseorang
petinggi KPK yang namanya begitu populer, bermalam semalaman di goa ini.
Biasanya, beberapa orang besar yang datang ke goa ini mengharapkan supaya
jabatan yang diembannya tetaplah abadi atau bahkan juga dapat selalu naik.
Calon-calon politikus juga seringkali datang ke tempat ini mendekati pemilu.
Sehari-hari,
ruang dalam goa Istana ini dipenuhi asap dupa yang dibakar beberapa pertapa
untuk lengkapi ritualnya. Untuk pengunjung yang sempat datang, kepulan asap
dupa tidak tipis yang penuhi lorong paling utama goa tidaklah panorama aneh
serta menyeramkan sekali lagi. Mulai sejak diketemukan beberapa puluh th.
lantas, gua ini dipercaya jadi tempat sakral serta tempat paling akhir untuk
seorang yang menginginkan mengasah serta lengkapi 'ilmu' yang mereka peroleh
sepanjang lelaku.
Untuk
menjangkau goa ini, pengunjung mesti melalui jalan setapak membelah rimba bambu
sejauh 1, 5 km dari arah Pancur. Untuk wisatawan, pergi ke goa ini baiknya
janganlah dikerjakan ketika musim hujan seperti saat ini. Karna jalan yang
dilewati beralih begitu licin. Belum juga tanah liat yang bercampur air hujan,
buat tanah makin becek. Banyak pengunjung yang datang ke tempat ini,
menyebabkan jalan yang lebarnya tidak lebih dari satu kaki itu serupa
rawa-rawa. Kedalamannya sekitaran 10-20 cm. Karenanya, bila sangat terpaksa
datang pada musim penghujan, pengunjung mesti lebih hati-hati supaya tidak
terjerumus.
Dimuka pintu
goa Istana, ada sekitaran 20 undak-undakan (tangga dari semen) yang perlu
dilalui. Sekitaran 20 mtr. di arah tenggara goa, ada satu pondok dari bambu.
Tanpa ada atap. Luasnya kurang lebih 2 x 2 m. Kelihatannya baru dibuat. Tiga
orang berbaju gamis dengan sorban di kepalanya, duduk tenang memerhatikan
beberapa pengunjung. Tidak satu kata juga terucap dari bibir mereka. Masuk
kedalam goa, janganlah mengharapkan dapat lihat stalakmit ataupun stalaktit
seperti biasanya goa-goa. Goa Istana tidak lebih dari bongkahan batu bolong.
Kurangnya kandungan kapur, jadikan beberapa sumber air yang menetes dari langit-langit
goa tidak memenuhi untuk buat stalakmit serta stalaktit.
Waktu koran
ini masuk ke sisi dalam goa, nyatanya telah ada tiga orang pertapa. Seorang
tampak bersemedi di ujung goa dengan menghadap dinding. Mulutnya komat-kamit.
Tak tahu apa yang dia baca. Di belakangnya ada lampu teplek (botol yang di isi
minyak tanah yang ujungnya di beri sumbu). Di samping kirinya, seseorang
pertapa tidur cuma beralaskan kapri (sisa tempat beras, seperti karung goni
namun terbuat dari plastik). Awak koran ini yang datang cukup berisik, serupa
sekali tidak dihiraukan. Nampaknya dia benar-benar nyenyak dalam tidurnya. Di
samping pintu masuk, seseorang pertapa duduk mengawasi. Cerutu buatan sendiri
terjepit erat di sela-sela jari tengah serta telunjuk samping kirinya.
Kadang-kadang asap pengepul dari bibirnya. ''Dari mana, Mas? '' mendadak
pertapa barusan ajukan pertanyaan pada kami.
Pria yang
bersemedi di pintu goa ini rupanya berlainan dengan rekan-rekannya. Dia ingin
berhubungan dengan pengunjung. Sayang, pria yang mengakui dari Semarang itu
tidak ingin mengatakan namanya. ''Sebetulnya ada empat orang dalam goa ini, ''
kata dia. ''Tapi yang satu orang sekali lagi bertapa di goa kecil itu, '' tutur
pria barusan. Dia menunjuk satu lubang kecil ke arah depan. Sesudah kami
cermati, nyatanya tak ada lubang sama-sekali. Tak tahu karna mata kami yg tidak
dapat lihat, atau karna orang itu yang salah menunjuk.
Waktu di
tanya, apa maksudnya datang ke goa Istana ini, lelaki memiliki rambut gondrong
itu tidak ingin menerangkan dengan tentu. Yang pasti, kata dia, dianya ada di
goa Istana ini tidak dibatasi saat. ''Pokoknya, bila telah bisa, ya saya
pulang, '' tuturnya. Untuk keperluan makan sepanjang melakukan ritual ini, dia
mengambilnya dari rimba bambu yang banyak tumbuh di sekitaran gua. ''Ada juga
yang turun ke desa satu minggu sekali. Mereka menyatukan bahan makanan. Sesudah
terkumpul, baru kembali sekali lagi, '' tuturnya.
Telah tiga
th. lebih orang ini ada di goa Istana. Sepanjang itu juga, telah beberapa orang
yang datang serta pergi. Rata-rata, sesudah apa yang mereka ingini terkabul,
saat itu juga mereka pergi. Ada pula yang datang pada beberapa bln. spesifik.
Intinya mendekati bln. Suro atau Muharram. Yang datang pada bln. itu didominasi
beberapa petinggi, politisi, kelompok militer, serta entrepreneur. Tidak
layaknya seperti petinggi, kehadiran mereka sering dengan diam-diam. Bahkan
juga, dari sisi baju, sering kali mereka mengikuti langkah kenakan pakaian
beberapa orang umumnya. Cuma petugas TN Alas Purwo yang ketahui kehadiran
mereka.
Kenapa tak
ada yang punya maksud berikan info ke media? ''Waah, itu privacy mereka, Mas.
Kami tidak berani. Yang tentu, banyak beberapa orang besar datang kesini, ''
tutur seseorang petugas TN Alas Purwo. Tidak cuma petinggi lokal Banyuwangi,
petinggi dari beragam kota-kota besar di Indonesia, bahkan juga petinggi istana
serta politisi senayan juga seringkali datang ke Alas Purwo.
EmoticonEmoticon